Uni Eropa Pertimbangkan Perlunya Vaksinasi Covid-19 Booster untuk Bepergian

Negara-negara Uni Eropa memulai mempertimbangkan perlu tidaknya memasukkan vaksinasi Covid-19 booster sebagai syarat bepergian. Seperti diketahui, pandemi masih terjadi dan kini terdapat jenis baru virus corona, yakni varian Omicron.

Vaksinasi Covid-19 booster atau vaksin dosis ketiga diperkirakan mampu meningkatkan daya tahan tubuh terhadap virus corona. Terlebih jika orang tersebut sering bepergian atau melewati lintas batas negara. Komisi Eksekutif Uni Eropa masih berkoordinasi ihwal perlu tidaknya para pendatang memiliki sertifikat vaksin booster tersebut.

Saat ini, wisatawan yang datang ke sejumlah negara di Eropa wajib menunjukkan sertifikat vaksinasi Covid-19 dosis lengkap (dua kali suntik) dan tes swab PCR dengan hasil negatif Covid-19. Mengenai kebijakan karantina berbeda di setiap negara. Begitu juga dengan nominal asuransi perjalanan yang disyaratkan.

Pemerintah Yunani mengusulkan agar para pelaku perjalanan hanya dapat bepergian jika telah mendapat vaksinasi Covid-19 booster minimal enam bulan sebelum sampai di negara tujuan. Bukti atau sertifikat vaksinasi itu harus tertera dalam dokumen perjalanan.

Menteri Luar Negeri Luksemburg, Jean Asselborn mengatakan, penting bagi 27 negara Uni Eropa untuk menyepakati satu standar yang berlaku bagi semua. “Kami tidak dapat menerapkan sistem yang berbeda dengan negara lain di kawasan yang sama,” katanya. “Jangan sampai kebijakan di Luksemburg berbeda dengan Yunani, berbeda lagi di Jerman, Prancis, dan lainnya.”

Menteri Urusan Uni Eropa – Irlandia, Thomas Byrne mengatakan, sertifikat vaksinasi Covid-19 digital Uni Eropa yang berlaku mulai Juli 2021, bisa menjadi sarana untuk memfasilitasi sekaligus mengawasi pergerakan wisatawan. Sementara Menteri Urusan Uni Eropa – Jerman, Michael Roth mengingatkan agar kebijakan perlu tidaknya vaksinasi Covid-19 booster untuk wisatawan berpijak pada studi ilmiah.

“Apakah vaksin booster ini benar-benar meningkatkan kekebalan?” kata Michael Roth. “Betul bahwa sertifikat vaksinasi digital sangat penting saat ini, namun tetap harus berlandaskan pengetahuan ilmiah.”

ANDINI SABRINA | REUTERS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *